Kuliah di DKV berarti pengorbanan. Waktu, tenaga, uang, sampai hubungan dengan orang-orang terdekat. Untuk yang masih tinggal dengan keluarga mungkin tak masalah, pergi masih diciumi, malam masih disajikan makan.
Lah buat yang ngekos kaya saya?
Dalam banyak hal saya ga punya kesempatan untuk menyambut saat mereka datang, atau sowan ke yang tinggal di satu kota. Memang harusnya hubungan keluarga jadi nomor satu, tapi itu tidak valid kalau mau dipaksakan untuk Jakarta. Waktu lebih banyak dihabiskan di jalan. Belum lagi jadwal yang tidak pernah sama. Yang satu sibuk, yang satu santai, vice versa. Akhirnya waktu habis untuk saling cari dan saling tunggu.
Lah, sementara saya harus menghemat stamina untuk ujian presentasi besok. Tugas-tugas bertumpuk. Deadline sudah mengejar.
Yang membuat keadaan tambah menyebalkan adalah kalau keluarga tidak mau tahu dengan keadaan seperti ini. Kalau tidak dikunjungi marah, bilangnya sombong dan segala macamnya. Masalah kecil dibesar-besarkan. Lah saya kan ga punya mobil untuk melayani keinginan sampeyan, ke mana-mana harus berkeringat dulu karena naik metromini!
Jadi begini sajalah, kalau dekat dan ada waktunya saya layani. Kalau lebih dari 2 kilometer dan minta dijemput tengah malam ya maaf dulu sajalah! Jangan malah dijadikan alasan untuk iri-irian….
Geeze, cape ga sih?