Hoax Marketing: A Conclusion

Saya bermaksud menjadikan Hoax Marketing sebagai bahan diskusi yang seru. Tapi entah kenapa ada anggota lain yang melakukan hal yang di luar perkiraan. Tanpa tanya-tanya terlebih dahulu, berita Teh Botol yang masih mentah idenya sudah diforward ke luar.

Hasilnya adalah kehebohan massal.

Perkiraan saya Mailing list ini adalah mailing list tertutup. Karena itu saya berani memakai Teh Botol Sosro sebagai contoh. Kalau tidak ada contoh produknya, Hoax Marketing hanya akan jadi strategi aneh yang tidak jelas penerapannya. Sebaliknya kalau ini forum terbuka, saya tidak akan senyeleneh itu bikin isu. Siapa yang mau sih dituntut karena pencemaran nama baik?

Apa boleh buat, nasi sudah jadi bubur.

Saya hanya bisa menyimpulkan, media hoax sangat-sangat-sangat efektif untuk menebar isu. Entah isu positif atau negatif, itu tergantung kreativitas orang yang membuat. Tergantung strategi marketingnya.

Saat membahas isu Teh Botol Sosro beracun, Blog saya langsung mendapat kunjungan 300 orang lebih dalam sejam. Keywordnya tak jauh-jauh dari Teh Botol dan Hydroxylic Acid. Coba tanya pembuat website profesonal, pengolahan SEO macam apa yang bisa menghasilkan traffic sehebat ini?

Ada yang mempertanyakan “Apa dampak negatifnya tidak dipikirkan?”. Tentu harus dipikirkan, seperti saya juga memikirkan dampak negatif dari eksperimen ini, lalu mempost isunya di mailing list tertutup, tidak sembarang menyebarkan.

Tapi coba lihat pembicaraan di forum-forum internet mengenai hoax ini, tidak ada satupun yang merasa teh botol sosro menjadi barang negatif dan harus dijauhi. Ada yang mengatakan “Oh.. pasti ini kerjaannya saingan teh botol sosro”. Ada yang mengatakan “Oh.. ini pasti hoax lagi, ga usah percaya”. Atau malah ada yang dengan tepat mengikuti alur pikiran saya saat membahasnya “ahahahha, hydroxylic acid mah artinya air. keren nih yang nulis hoax”.

Tanpa mereka sadari, teh botol sosro sudah berkali-kali lewat di depan mata mereka. Bermain-main di ingatan mereka. Menjadi topik hangat untuk mereka perdebatkan. Menghasilkan image yang jauh lebih menancap daripada beriklan di TV.

Seperti itulah yang saya maksud saat mengatakan “Produk bisa saja dijual dengan cara menjelek-jelekkan dirinya sendiri”. Tujuannya bukan untuk menciptakan produk dengan image jelek, tapi mempermainkan reserve phsycology di dalam diri manusia, hingga akhirnya dengan bilang “Barang ini jelek pollll!” malah akan membuat calon konsumen bilang “barang ini keren poolllll!”.

Kita pasti akan penasaran membuka folder yang bernama “JANGAN DIBUKA!”, Itu pasti.

Kenyataannya konsumen tidak bisa lagi dianggap bodoh, lalu kita ikut-ikutan menciptakan iklan (mem)bodoh(i). Sudah tidak masanya lagi Mizone dijual dengan image anak muda mengacungkan jempol sambil bilang “AAAAAHHH, SEGAAR!”.

Kepintaran konsumen harus kita olah agar bisa menciptakan media baru untuk beriklan.

====
Hariadhi
Desainer Sinting

* disalin dari mailing list Creative Circle Indonesia.

9 Tanggapan to “Hoax Marketing: A Conclusion”


  1. 1 hariadhi 7 Mei, 2009 pukul 4:34 pm

    nih eksperimen kelewat berhasil, hehehehe

    *sial

  2. 2 Nazieb 7 Mei, 2009 pukul 5:12 pm

    Sekalian promosi blog? πŸ˜›

  3. 3 hariadhi 7 Mei, 2009 pukul 5:29 pm

    orang udah mau pindah ngapain dipromosin lagi πŸ˜€

  4. 4 miftahrahman 7 Mei, 2009 pukul 7:09 pm

    huahaha..

  5. 5 ad'en 7 Mei, 2009 pukul 8:43 pm

    btw emang situ kuliah apa to…?
    eksperimennya kok bikin isu…?

  6. 6 hariadhi 7 Mei, 2009 pukul 10:31 pm

    Mas ad’en yang baik…

    Sudah pernah tau belum kalau orang Informatika pun perlu mengerti social engineering?

  7. 7 dives 11 Mei, 2009 pukul 2:00 pm

    mas hariadhi TK dimana dulu sih, kok bisa bikin isu2 kayak gini? pasti isunya sengaja disebar khan? ayo ngaku!!.. gak usah ngelak2 segala macem deh. Yang namanya ide busuk pasti tercium juga kok.
    *metode rata2 orang indonesia menjatuhkan orang lain dan memuaskan/mencurahkan ke-stress an diri sendiri ke orang lain yg tak dikenal*
    Kangen teh botol sosro jadinya, hiks =_=”

  8. 8 -aLpha- 12 Mei, 2009 pukul 4:19 pm

    mas/pak..saya kok jadi melihat masyarakat kita ternyata tidak sepintar yang kita kira..

    buktinya saya masih terima hoax SOSRO itu dan masih sering terima hoax berupa : forward email ke produsen HP dan laptop dengan nomor seri HP, atau ikutan nyumbang dengan forward email yang dideteksi oleh Microsoft padahal kita forward dengan Firefox atau Opera…

    di sini kita belajar kalau masyarakat kita ternyata reaktif tapi ternyata tidak cukup selektif…

    cheers,
    -aLpha-

  9. 9 Cuna 13 Mei, 2009 pukul 11:15 am

    Hmmm ….
    saya sendiri waktu membaca sesuatu, entah hoax atau bukan, yang pertama kali dilakukan ya konfirmasi.
    Masak sih, bisa browsing internet, tapi ngecek validitas informasi aja ga bisa? gampang kan cek di google atau wikipedia ?

    Menurut saya, kalo orang langsung percaya begitu saja, berlebihan banget getho loh.
    Ga perlu nuduh yang bukan2. Saya yakin, kalo mas adhi bisa berpikir mengenai hoax marketing sebagai topik, berarti itu orang cukup pinter (paling engga dia pasti ga mau ditangkap polisi gara2 pencemaran nama baik).
    Iyah kan? kecuali emang mas adhi nya sinting ^^ hihihi peace man.

    Yah kira2 gitu deh. Jadi pls jangan salah menyalahkan lagi. Kita kembalikan aja ke individu masing2. Kalo mereka mau percaya begitu saya (baca: dibohongin begitu saja tanpa mau ngecek sekali lagi), ya udah biarin aja. Itu salah mereka. Berlatihlah untuk tidak langsung begitu saja menelan bulat2 informasi dari orang lain.

    Salam
    Si tampan maut


Tinggalkan komentar




Bumi Magenta!

Arsip

Bebas bertanggung jawab

Tulisan di blog ini ada di bawah lisensi Creative Commons with attribution 2.5. Syarat untuk menyalin blog ini adalah menyertakan url blog ini sebagai sumber.
Mei 2009
S S R K J S M
 123
45678910
11121314151617
18192021222324
25262728293031